Rabu, 12 Juli 2017

Seniman Galang Dana

Bantu Operasi Biduanita Titik Santoso

GALANG DANA:Setiyanto (kiri) menerima hasil pengumpulan dana penggalangan sebesar Rp 6 juta dari Handono selaku Koordinator Penggalangan Dana untuk Titik Santoso. Dok.
BERITA akan diamputasinya kaki kanan biduanita keroncong Semarang, Titik Santoso karena penyakit diabetes membuat para seniman dan musisi lintas genre bersatu padu menggelar pentas penggalangan dana, di Museum Ranggawarsita Jawa Tengah Semarang
Komunitas Waroeng Kerontjong, Komunitas Selendang Merah Tembang Kenangan, Grup Congrock 17 dan Stanza Dance yang mewadahi penggemar dansa dalam waktu 4 jam pentas berhasil mengumpulkan dana sebesar Rp 6 juta. Dana tersebut murni donasi dari seniman dan simpatisan atau penonton.
Koordinator Waroeng Kerontjong Semarang Setiyanto SE mengungkapkan solidaritas teman-teman seniman dan musisi Semarang dinilainya sangat luar biasa. "Mereka secara cepat mengambil langkah untuk membantu kesulitan rekan seniman yang kini sedang terbaring sakit di RSUP Dr Kariadi dan terancam kakinya diamputasi. Penggalangan dana hanya direncanakan 2 hari sebelumnya dan kini hasilnya diserahkan kepada keluarga untuk meringankan beban beaya", ungkap Setiyanto kepada Wawasan, Minggu, (26/3).
Menurut Setiyanto, Titik Santoso sangat dikenal di dunia hiburan musik sejak tahun 1980an.  Titik yang semula dikenal sebagai biduanita musik melayu di Surabaya hijrah ke Semarang meramaikan belantika musik panggung. Namanya cukup dikenal sebagai biduanita multi talenta. Meski dikenal sebagai biduanita musik melayu dia juga kerap menyanyikan tebang pop kenangan dan kemudian lebih banyak aktif di panggung orkes keroncong sampai sekarang usianya menginjak 60 tahun.
“Hidup mbak Titik Santosa sebagai penyanyi panggung cukup sederhana dan jauh dari gemerlap panggung hiburan. Kesederhanaan inilah yang membuat teman-teman menaruh empati untuk menggelar penggalangan dana. Karena kederhanaannya, dia tidak pernah mengeluh dan meminta bantuan teman-teman, meski kita semua tahu dia kerepotan dalam menyediakan beaya yang tidak sedikit. Bagi kami, sesama seniman dan musisi adalah saudara. olehkarena itu kesusahan teman adalah kesusahan kami pula. Kebahagiaan teman juga kebahagiaan kami pula”, ujar Setiyanto.
Sementara Handono, bassis Nayaka Band yang mewakili Komunitas Tembang Kenangan yang juga pengurus Persatuan Artis Penyanyi dan Pencipta Lagu Republik Indonesia (PAPPRI) Semarang mengajak seluruh musisi dan seniman untuk meningkatkan kepedulian membantu sesama. "Kami prihatin dengan nasib para seniman di hari tua. Umumnya jauh dari gemerlap dan ketenaran masa lalu.
Oleh karena itu kita perlu bersatu untuk mikir bareng dalam rangka meningkatkan kesejahteraan dan medapatkan jaminan di hari tua. Apa yang telah dilakukan oleh teman-teman ini merupakan langkah awal yang harus ditindak lanjuti terus menerus", ungkap Handono.
Sedangkan menurutut Marco Marnadi, pentolan Congrock 17, Semarang menjadi gudangnya para seniman musik, Pemerintah Kota Semarang semestinya patut berbangga. Namun perlu dilihat bagaimana nasib mereka di hari tua, padahal karya-karyanya banyak mengangkat nama Semarang. salah satunya adalah Almarhum Kelly Puspito.
"Pencipta lagu Gado-gado Semarang dan Kr Tanah Air ini rumahnya terancam ambruk dan banyak piala dan piagam penghargaannya remuk. Sampai saat ini belum ada yang peduli atas kondisi ini. Mestinya selain kita, pemerintah juga ikut ambil bagian sebagai wujud apresiasi atas karya-karyanya", kata Marco. Shodiqin

Tidak ada komentar:

Posting Komentar