Bantu Operasi Biduanita Titik Santoso
GALANG DANA:Setiyanto (kiri) menerima hasil pengumpulan dana penggalangan sebesar Rp 6 juta dari Handono selaku Koordinator Penggalangan Dana untuk Titik Santoso. Dok.
|
BERITA akan diamputasinya kaki kanan biduanita keroncong Semarang, Titik
Santoso karena penyakit diabetes membuat para seniman dan musisi lintas genre
bersatu padu menggelar pentas penggalangan dana, di Museum Ranggawarsita Jawa
Tengah Semarang
Komunitas Waroeng Kerontjong, Komunitas Selendang Merah Tembang Kenangan,
Grup Congrock 17 dan Stanza Dance yang mewadahi penggemar dansa dalam waktu 4
jam pentas berhasil mengumpulkan dana sebesar Rp 6 juta. Dana tersebut murni
donasi dari seniman dan simpatisan atau penonton.
Koordinator Waroeng Kerontjong Semarang Setiyanto SE mengungkapkan
solidaritas teman-teman seniman dan musisi Semarang dinilainya sangat luar
biasa. "Mereka secara cepat mengambil langkah untuk membantu kesulitan
rekan seniman yang kini sedang terbaring sakit di RSUP Dr Kariadi dan terancam
kakinya diamputasi. Penggalangan dana hanya direncanakan 2 hari sebelumnya dan
kini hasilnya diserahkan kepada keluarga untuk meringankan beban beaya",
ungkap Setiyanto kepada Wawasan, Minggu, (26/3).
Menurut Setiyanto, Titik Santoso sangat dikenal di dunia hiburan musik
sejak tahun 1980an. Titik yang semula dikenal sebagai biduanita musik
melayu di Surabaya hijrah ke Semarang meramaikan belantika musik panggung.
Namanya cukup dikenal sebagai biduanita multi talenta. Meski dikenal sebagai
biduanita musik melayu dia juga kerap menyanyikan tebang pop kenangan dan
kemudian lebih banyak aktif di panggung orkes keroncong sampai sekarang usianya
menginjak 60 tahun.
“Hidup mbak Titik Santosa sebagai penyanyi panggung cukup sederhana dan
jauh dari gemerlap panggung hiburan. Kesederhanaan inilah yang membuat
teman-teman menaruh empati untuk menggelar penggalangan dana. Karena
kederhanaannya, dia tidak pernah mengeluh dan meminta bantuan teman-teman,
meski kita semua tahu dia kerepotan dalam menyediakan beaya yang tidak sedikit.
Bagi kami, sesama seniman dan musisi adalah saudara. olehkarena itu kesusahan
teman adalah kesusahan kami pula. Kebahagiaan teman juga kebahagiaan kami
pula”, ujar Setiyanto.
Sementara Handono, bassis Nayaka Band yang mewakili Komunitas Tembang
Kenangan yang juga pengurus Persatuan Artis Penyanyi dan Pencipta Lagu Republik
Indonesia (PAPPRI) Semarang mengajak seluruh musisi dan seniman untuk
meningkatkan kepedulian membantu sesama. "Kami prihatin dengan nasib para
seniman di hari tua. Umumnya jauh dari gemerlap dan ketenaran masa lalu.
Oleh karena itu kita perlu bersatu untuk mikir bareng dalam rangka
meningkatkan kesejahteraan dan medapatkan jaminan di hari tua. Apa yang telah
dilakukan oleh teman-teman ini merupakan langkah awal yang harus ditindak
lanjuti terus menerus", ungkap Handono.
Sedangkan menurutut Marco Marnadi, pentolan Congrock 17, Semarang menjadi
gudangnya para seniman musik, Pemerintah Kota Semarang semestinya patut
berbangga. Namun perlu dilihat bagaimana nasib mereka di hari tua, padahal
karya-karyanya banyak mengangkat nama Semarang. salah satunya adalah Almarhum
Kelly Puspito.
"Pencipta lagu Gado-gado Semarang dan Kr Tanah Air ini rumahnya
terancam ambruk dan banyak piala dan piagam penghargaannya remuk. Sampai saat
ini belum ada yang peduli atas kondisi ini. Mestinya selain kita, pemerintah
juga ikut ambil bagian sebagai wujud apresiasi atas karya-karyanya", kata
Marco. Shodiqin
Tidak ada komentar:
Posting Komentar