Jumat, 24 Februari 2017

Harga Cabai Mahal

Warga Jatisari Serentak Budidaya Cabai
TANAM CABAI : Ibu-ibu PKK warga RT 8 RW 6 Perumahan Jatisari Asri BSB mijen guyub menanam bibit cabai yang diikuti oleh mahasiswi Brasil-AISEC Undip Gabriela Oertel Fonseca, baru-baru ini. Foto: Shodiqin
Masih tingginya harga cabai di pasaran mendorong warga RT 8 RW 6 Perumahan Jatisari Asri BSB Mijen Semarang mengembangkan budidaya menanam cabai serentak di halaman rumah.
Secara bergotong royong warga menanam dengan menggunakan pot polybag menanam tunas tanaman cabai usia sekitar dua minggu yang dicampur kompos.
Ketua Penggerak PKK RT 8 Eva Prasetya mengatakan, kebutuhan akan cabai sangat dirasakan warganya dalam untuk memasak setiap hari. Apalagi harga di pasaran masih cenderung tinggi sehingga berinisiasi untuk mengembangkan tanaman cabai secara mandiri.
“Kami beli bibit cabai, tanam merah, dan kompos. Lalu secara gotong royong kita tanam di dalam polybag dan langsung dibagikan kepada tiap warga,” katanya kepada Wawasan, Kamis, (23/2).
Sebanyak 200 bibit tanaman cabai dibagikan secara gratis untuk dirawat dan dikembangkan warga. Hasilnya bisa dimanfaatkan untuk memasak atau bumbu dapur sendiri-sendiri. Selain tanaman cabai, warga juga menanam bibit terong.
“Kami ada sekitar 30 KK, setiap KK kita berikan lima polybag bibit cabai dan dua polybag bibit terong. Bahkan kami juga menyetok guna mengantisipasi jika ada bibit cabai atau terong yang mati selama pengembangan oleh warga,” katanya.
Proses penanaman cabai pun menjadi menarik dan unik lantaran ada salah satu mahasiswi asing yang tergabung dalam AISEC Undip ikut berpartisipasi menanam cabai dan terong.
“Ada satu mahasiswi asing asal Brasil, sudah dua bulan home stay di salah satu rumah warga kami. Dia selalu ikut kegiatan warga dan berbaur, salah satunya menanam bibit cabai dan senam pagi sebelum penanaman,” ujar Eva.
Sementara, mahasiswi Brasil yang bernama Gabriela Oertel Fonseca, mengaku senang bisa berbaur dan mengenal warga Perumahan Jatisari Asri. Dia terkesan akan kebersamaan dan aneka jenis kegiatan rakyat yang sangat kekeluargaan.
“Saya sendiri tidak suka pedas seperti cabai, tapi ini unik warga menanam sendiri dan dikembangkan. Saya juga kerap ikut kegiatan warga seperti senam pagi setiap minggu, kesenian rebana dan kerja bakti,” katanya dalam bahasa Inggris. Shodiqin




Tidak ada komentar:

Posting Komentar