Sudah Sejak
1970-an, Barito Terkanal Sentra Perkalengan
MEMBELI: Para pembeli sedang melihat-lihat hasil produksi para pengrajin perkalengan untuk dibeli, tepatnya di Kawasan Barito, Bugangan Semarang Timur, Minggu, (12/3). Foto: Shodiqin |
Kawasan Bugangan,
Jalan Barito Semarang Timur, tidak hanya terkenal sebagai sentra variasi mobil
dan motor. Namun, bangunan yang letaknya berada di pinggiran Sungai Banjir
Kanal Timur tersebut juga terkenal sebagai sentra perkalengan.
Berbagai macam
kerajinan diproduksi dengan bahan dasar seperti seng maupun lempengan besi.
Diantaranya, kompor, dangang (tempat memasak nasi), tempat sampah, ceret dan
peralatan rumah tangga lainnya.
Salah satu
pengrajin dan penjual, Debi Aprilia (50,) mengatakan, Kawasan Barito, Bungangan
ini tidak hanya terkenal dengan sentra variasi mobil dan motor. Tetapi, daerah
ini awalnya sudah terkenal sebagai sentra perkalengan.
“Sekitar tahun
1970-an tempat ini dikenal sebagai sentra perkalengan. Dulu yang paling
terkenal adalah produksi kompor minyak tanah dan dandang,” kata Debi saat
ditemui Wawasan, Minggu, (12/3) di lokasi.
Ia juga mengatakan,
pada tahun 1980-an tempat ini sempat mengalami kejayaan. Hasil produksi
kerajinan masyarakat Semarang ini banyak di pasarkan di berbagai kota-kota
besar di Indonesia. Seperti Jakarta, Surabaya dan luar Jawa.
Namun, sekarang ini
karena banyak produksi yang berkembang, hanya para pembeli di sekitar Kota
Semarang saja yang masih menjadi langganan. Seperti Demak, Kendal, Ungaran,
Ambarawa dan lainnya.
“Sementara yang
kami jual juga berkembang, tidak hanya mengandalkan produksi dari besi maupun
kaleng. Tetapi juga menjual dengan berbagai macam produksi dengan bahan
plastik, alumunium, stainlis, govalium,” paparnya.
Sementara harga
sangat bervariasi, untuk dandang mulai dari Rp 100 ribu hingga Rp 300 ribu.
Kompor, mulai dari Rp 40 ribu hingga Rp 50 ribu. Wajan mulai dari Rp 25 hingga
Rp 275 ribu. Tempat sampah mulai dari Rp 25 ribu hingga Rp 250 ribu dan jenis
lainnya.
“Alhamdulillah
setiap hari bisa mendapatkan keuntungan bersih mulai dari Rp 100 ribu hingga
150 ribu. Pas kalau ramai pembeli, terkadang juga lebih,” ungkapnya.
Mata Pencaharian
Warga
Hal serupa juga
diungkapkan oleh penjual lain yaitu Nurul Astutik (40) mengatakan, tempat ini
dulu terkenal dengan sentra perkalengan. Namun, dengan perkembangan zaman,
bahan produksi berkembang seperti menggunakan bahan dasar plastik, govalium,
alumunium, stainlis dan lainnya.
“Karena bahan-bahan
itu mudah dicari dan harganya relatif cukup murah,” ungkapnya.
Untuk sekarang ini
kurang lebih masih ada 50 pengrajin yang masih eksis dan bertahan dan semuanya
kebanyakan warga sekitar di Kelurahn Bugangan. “Jadi tempat ini merupakan
tempat mata pencaharian warga sekitar,” paparnya.
Sementara, adanya
rencana pembangunan Banjir Kanal Timur oleh pemerintah, para pengrajin berharap
pemerintah bisa menyediakan tempat relokasi yang bagus dan layak.
“Syukur-syukur tidak jauh dari Kawasan Barito, karena tempat ini dekat dengan
rumah warga,” harapnya. M13
Tidak ada komentar:
Posting Komentar