Senin, 20 Maret 2017

Kampung Tematik

Sudah Sejak 1970-an, Barito Terkanal Sentra Perkalengan


MEMBELI: Para pembeli sedang melihat-lihat hasil produksi para pengrajin perkalengan untuk dibeli, tepatnya di Kawasan Barito, Bugangan Semarang Timur, Minggu, (12/3). Foto: Shodiqin
Kawasan Bugangan, Jalan Barito Semarang Timur, tidak hanya terkenal sebagai sentra variasi mobil dan motor. Namun, bangunan yang letaknya berada di pinggiran Sungai Banjir Kanal Timur tersebut juga terkenal sebagai sentra perkalengan.

Berbagai macam kerajinan diproduksi dengan bahan dasar seperti seng maupun lempengan besi. Diantaranya, kompor, dangang (tempat memasak nasi), tempat sampah, ceret dan peralatan rumah tangga lainnya.

Salah satu pengrajin dan penjual, Debi Aprilia (50,) mengatakan, Kawasan Barito, Bungangan ini tidak hanya terkenal dengan sentra variasi mobil dan motor. Tetapi, daerah ini awalnya sudah terkenal sebagai sentra perkalengan.

“Sekitar tahun 1970-an tempat ini dikenal sebagai sentra perkalengan. Dulu yang paling terkenal adalah produksi kompor minyak tanah dan dandang,” kata Debi saat ditemui Wawasan, Minggu, (12/3) di lokasi.

Ia juga mengatakan, pada tahun 1980-an tempat ini sempat mengalami kejayaan. Hasil produksi kerajinan masyarakat Semarang ini banyak di pasarkan di berbagai kota-kota besar di Indonesia. Seperti Jakarta, Surabaya dan luar Jawa.

Namun, sekarang ini karena banyak produksi yang berkembang, hanya para pembeli di sekitar Kota Semarang saja yang masih menjadi langganan. Seperti Demak, Kendal, Ungaran, Ambarawa dan lainnya.

“Sementara yang kami jual juga berkembang, tidak hanya mengandalkan produksi dari besi maupun kaleng. Tetapi juga menjual dengan berbagai macam produksi dengan bahan plastik, alumunium, stainlis, govalium,” paparnya.

Sementara harga sangat bervariasi, untuk dandang mulai dari Rp 100 ribu hingga Rp 300 ribu. Kompor, mulai dari Rp 40 ribu hingga Rp 50 ribu. Wajan mulai dari Rp 25 hingga Rp 275 ribu. Tempat sampah mulai dari Rp 25 ribu hingga Rp 250 ribu dan jenis lainnya.

“Alhamdulillah setiap hari bisa mendapatkan keuntungan bersih mulai dari Rp 100 ribu hingga 150 ribu. Pas kalau ramai pembeli, terkadang juga lebih,” ungkapnya.

Mata Pencaharian Warga

Hal serupa juga diungkapkan oleh penjual lain yaitu Nurul Astutik (40) mengatakan, tempat ini dulu terkenal dengan sentra perkalengan. Namun, dengan perkembangan zaman, bahan produksi berkembang seperti menggunakan bahan dasar plastik, govalium, alumunium, stainlis dan lainnya.

“Karena bahan-bahan itu mudah dicari dan harganya relatif cukup murah,” ungkapnya.
Untuk sekarang ini kurang lebih masih ada 50 pengrajin yang masih eksis dan bertahan dan semuanya kebanyakan warga sekitar di Kelurahn Bugangan. “Jadi tempat ini merupakan tempat mata pencaharian warga sekitar,” paparnya.

Sementara, adanya rencana pembangunan Banjir Kanal Timur oleh pemerintah, para pengrajin berharap pemerintah bisa menyediakan tempat relokasi yang bagus dan layak. “Syukur-syukur tidak jauh dari Kawasan Barito, karena tempat ini dekat dengan rumah warga,” harapnya. M13


Tidak ada komentar:

Posting Komentar