Senin, 20 Maret 2017

Indra Utami Tamsir

Inovasi Keroncong, Tumbuhkan Kecintaan Masyarakat
BERKOLABORASI: Memakai pakaian hitam, Indra Utami Tamsir berkolaborasi dengan Group Congkrock 17 dalam Pagelaran Congrock 17 di Halaman Balaikota Semarang, Sabtu, (18/3) malam. Foto: Shodiqin
Dua lagu berjudul “Walang Kekek” dan “Yen Ing Tawang Ono Lintang” yang dinyanyikan oleh Indra Utami Tamsir memberikan kemeriahan malam Pagelaran Congrock 17 di Halaman Balaikota Semarang, Sabtu, (18/3) malam.
Panyanyi yang dinobatkan sebagai Penyanyi KeroncongWanita Terbaik dalam ajang AMI Awards 2013 ini langsung menjadi pusat perhatian puluhan penontong yang hadir dilokasi ketika berkoloborasi dengan Congrock 17.
“Semoga Congrock 17 terus eksis dan memberikan warna baru dalam dunia musik keroncong. Sehingga memberikan motivasi para generasi muda khususnya untuk mengenalkan musik keroncong,” papar panyanyi kelahiran Blora ketika berada di atas panggung.
Dalam wawancaranya bersama Wawasan, Indra mengatakan, untuk sekarang ini keroncong sudah mulai eksis di kalangan masyarakat luas. “Kebetulan saya memiliki jiwa bermusik keroncong, jadi ini yang memotivasi saya untuk mengenalkan kembali musik keroncong dengan warna baru,” kata penyanyi yang sudah melakukan tour konser di sembilan kota di Indonesia di tahun 2016.
Warna baru itu, menurut Indra adalah, tidak hanya langgam maupun stambul dalam bermusik keroncong, akan tetapi musik keroncong juga bisa berinovasi dengan cara bisa mengaransemen maupun berkoloborasi dengan genre-genre musik lainnya. Sehingga cara inilah yang diharapkan diterima banyak orang dan masyarakat umum lainnya.
“Ini yang saya maksud warna baru dalam musik keroncong yaitu dengan harapan tidak hanya kalangan kaum tua tetapi kalangan muda juga diharapkan dapat mencintai musik keroncong,” harapnya.
Menurutnya, keroncong merupakan sebuah budaya musik satu-satunya yang ada di Indoensia dan mungkin tidak ada di negara lain. Musik ini pernah jaya pada masa Presiden Pertama Soekarno Hatta, pada waktu itu musik ini pernah dimainkan di negara Amerika.
“Jadi kita warga Indonesia, hidup tumbuh di negara Indonesia, tidak salah jika kita mengembalikan kejayaan musik keroncong sebagai warisan budaya kita,” harap Indra yang berencana ingin menggelar Kontes Keroncong Idol.
Ini yang sekarang ini diperjuangkan. “Kami bersama managemen baru mencari sponsor, kalau Indonesia Idol bisa, kenapa Keroncong Idol tidak bisa. Kami Yakin pemerintah juga akan menyakini keroncong sebagai warisan budaya kita dan membantu,” tegasnya.
Sementara itu panitia kegiatan Marco Manardi menyampaikan kegiatan ini juga didukung 25 Set Sound sistem dari berbagai rental Sound sistem se Jateng masing-masing berkekuatan 8000 Watt dan induk sound 20.000 Watt dengan total 212.0000 Watt.
“Dalam pentas ini Congrock membawakan sekitar 17 lagu dimana sebagian lagu menyanyikan lagu ciptaannya sendiri,” katanya.
Disela-sela acara ada penyerahan Congrock 17 Award yang diberikan kepada masyarakat maupun lembaga yang berdedikasi dalam perkembangan keroncong. Diantaranya Letjen TNI Agus Kriswanto yang saat ini menjabat Dankodiklat TNI, Untag dan Indra Utami Tamsir sebagai Diva Lgm Keroncong Kekinian. Shodiqin



Hari Perawat Nasional

Perawat Ikuti Cerdas Cermat
CERDAS CERMAT: Sejumlah peserta yang terdiri dari karyawan mengikuti cerdas cermat dalam rangka Hari Perawat Nasional di lantai 10 SMC RS Telogorejo, baru-baru ini. Foto: Shodiqin 
KARANGKIDUL- Guna memperingati Hari Perawat Nasional pada tanggal 17 Maret, SMC RS Telogorejo Semarang mengadakana kegiatan lomba cerdas cermat “Smart Nurses Day ke 9” di lantai 10 SMC RS Telogorejo, baru-baru ini.
Ketua Panita Tri Anawati mengatakan, kegiatan cerdas cermat ini diikuti sebanyak 15 unit yang masing-masing unit mengirimkan satu tim terdiri dari tiga peserta. Sementara cerdas cermat ini bertemakan “Peningkatan Mutu Pelayanan dan Komunikasi Efektif”.
“Untuk materi yang dilombakan dalam kegiatan ini diantaranya terkait keperawatan, reguasi rumah sakit dan tenaga operasional serta tiga juri yang menentukan nilai,” kata Tri kepada Wawasan.
Sedangkan, tujuan dari kegiatan ini adalah guna menciptakan sumber daya keperawatan yang sehat dimana kedepan diharapkan dapat meningkatkan mutu pelayanan yang baik dan profesional.
Selain itu, pada tanggal 22 Maret juga didakan lomba senam yang diikuti sebanyak 17 unit yang rencananya masing-masing unit mengirimkan satu tim yang terdiri dari lima peserta. Sementara puncak dari kegiatan ini sekaligus pengumuman juara dan pemberian hadiah bagi pemanang diselenggarakan pada tanggal 25 Maret.
“Sebab, angka 25 merupakan angka yang baik buat kami dan buat seluruh karyawan rumah sakit,” jelasnya. M13

Masjid Menyerupai Kapal Nabi Nuh

Arsitektur Bangunan, Tarik Masyarakat Berkunjung
BERFOTO: Para pengujung berfoto bersama di depan bangunan masjid besar yang menyerupai kapal Nabi Nuh, tepatnya di kampung Padaan, Desa Podorejo, Kecamatan Ngaliyan, Kota Semarang, Kamis, (16/3). Foto: Shodiqin
“Bukan aneh tapi nyata” ungkapan seperti ini begitu nampak, ketika kita melihat keberadaan masjid besar berbentuk kapal. Bahkan masjid yang terletak di kampung Padaan, Desa Podorejo, Kecamatan Ngaliyan, Kota Semarang ini berada di tengah-tengah persawahan.

Ya, masjid itu dinamakan Masjid Safinatun Najah, di mana bangunan tersebut memiliki bangunan superunik. Sehingga menarik masyarakat untuk berkunjung lantaran penasaran dan bahkan digunakan untuk berfoto-foto.

Suyadi, (52), penjaga masjid mengatakan, yang melatarbelakangi dibangunan masjid ini, tidak lepas dari peran seorang saudagar keturunan Arab yang sekarang tinggal di Pekalongan yaitu bernama Ahmad M. Baragbah.

“Kalau tidak salah beliau membangun masjid menyerupai kapal Nabi Nuh itu, bermula dari wasiat Uni Emirat Arab. Wasiat donatur utama itu menginginkan agar dibangunkan sebuah masjid dengan arsitektur bahtera Nabi Nuh di Indonesia,” kata Suyadi saat ditemui Wawasan, Kamis, (16/3) dilokasi.

Lantas, lanjut Suyadi, kebetulan mereka mendapatkan harga tanah di sini dengan harga yang relatih murah. Akhirnya sejumlah pengelola lantas menyusun desain yang sesuai wasiat itu. Diperolehlah desain masjid kapal Nabi Nuh yang terinspirasi sebuah masjid di kota Islamabad, Pakistan.

“Arsitektur bangunan akhirnya kita olah dari arsitektur Arab-Pakistan namun dengan gaya lokal. Jadilah bangunan seperti ini,” ujar tambahnya.

Ia menambahkan, bangunan masjid ini bangun pertama kali pada tahun 2015 hingga sekarang ini dengan luas banguan sekitar 1758 M2. “Sementara sekarang ini bangunan baru mencapai tahap 80 persen, tinggal finising saja. Untuk bangunan sudah bisa buat sholat bagi pengujung,” tambahnya.
Lembaga Yayasan

Suyadi yang juga warga sekitar mengatakan, masjid yang memiliki empat lantai ini rencananya akan dibuat lembaga yayasan, sehingga di sekitar masjid dibuat bangunan untuk tempat tinggal yang rencananya di tempati laki-laki dan perempuan.

“Untuk pastinya yayasan apa saya kurang tau, tetapi ada dua kemungkinan antara digunakan sebagai yayasan pondok pesantren dan yayasan panti asuhan,” paparnya.

Ia juga mengatakan, meski bergaya Pakistan, pembangunan masjid kapal itu mempekerjakan warga lokal. Bentuk dek kapal besar yang menyerupai kayu pun seluruhnya beton yang digarap apik oleh warga, sehingga mirip sebuah dek kapal berukuran raksasa.

“Untuk sekarang ini pekerjaan masih difokuskan pada pembuatan kolam yang mengelilingi area masjid agar tampak seperti bahtera yang mengapung di laut,” paparnya.

Siti Maslahah mengaku sangat takjub dengan bagunan ini. Menurutnya, bangunan ini akan menarik lebih banyak lagi masyarakat untuk berkunjung.  Sebab, bangunan masjid ini berbeda dengan dengan yang lain.

“Ini seperti sebuah masjid yang menumpang pada kapal. Saat berada di atas seperti menaiki kapal asli, " ujarnya kepada Wawasan.

Perempuan yang akrab disapa Siti ini pun meyakini bahwa ke depan masjid berbentuk bahtera Nabi Nuh itu akan jadi ikon wisata religi baru yang menjanjikan. Selama ini, ikon masjid yang kerap jadi buruan di Semarang adalah Masjid Agung Jawa Tengah (MAJT) di pusat kota.

“Pemandangannya di sini juga masih sangat asri. Ada persawahan dan perkebunan durian, benar-benar unik,” ujarnya. Shodiqin.




Seminar Kanker

Positif Thinking Bantu Sembuhkan Kanker

MENYAMPAIKAN : Aldi Taher mengajak para survivors (penderita kanker) untuk selalu positif thinking setiap harinya, saat menjadi bintang tamu seminar dan gathering sahabat serta suvivor kanker di SMC RS Telogorejo Semarang, Minggu, (12/3). Foto : Shodiqin
KARANG KIDUL - Penderita kanker harus memiliki positif thinking atau berfikir senang dan baik-baik. Penyandang penyakit tersebut dusarankan tidak memikirkan kesedihan. Melalui berfikir positif, diharapkan dapat mencegah perkembangan terhadap sel kanker dalam tubuh.

“Melalui berfikir yang positif dan menikmati hidup dengan senang hati dapat membantu melawan penyakit kanker dalam diri kita,” kata aktor Aldi Taher saat menjadi bintang tamu dalam acara seminar dan gathering sahabat serta suvivor kanker di SMC RS Telogorejo Semarang, Minggu, (12/3).

Aldi yang juga menjadi penderita kanker jenis limfoma menyampaikan, selain berfikir positif, harus melakukan pola hidup sehat setiap harinya. Seperti, minum air putih minimal dua liter, dan juga melakukan olahraga.

“Bahkan dengan kita berkumpul saling memberikan semangat kepada orang lain atau survivors khususnya bisa membantu proses penyembuhan kanker,” papar Aldi yang juga mengaku baru dua bulan melakukan kemoterapi.

Aldi berpesan, yang penting setiap kali ada benjolan dalam tubuh langsung periksa ke dokter jangan dipencet-pencet. “Kemungkinan itu awal tanda-tanda kanker,” tambahnya.

Ketua Panitia Naning Puji Astutik mengatakan kegiatan yang didukung oleh Cancer Information Center (CISC) sekaligus memperingati HUT CISC “Suluh Hati” Semarang ke-8. Pada tahun ini merupakan kegiatan sebagai ajang pertemuan antar sesama penderita, mantan penderita, keluarga dan relawan kanker.

Berkualitas

Sementara, untuk peserta diikuti kurang lebih dari 200 orang, dimana 80 sampai 85 persen adalah penderita kanker.

“Kegiatan seperti ini diharapkan, mampu menciptakan kegembiraan dan optimisme bagi para pasien kanker dalam menjalani kehidupan dengan lebih berkualitas, berarti dan bersemangat. Di samping itu pula bisa melunturkan kesan masyarakat bahwa kanker tidak selamanya menakutkan,” harap Naning.

Sementara, Prof Dr C Suharti, Sp PD, KHOM, Phd, FINASIM seorang narasumber menyampaikan, kanker itu ada dua faktor. Pertama, faktor internal yang muncul dari perubahan gen (pembawan sifat dari gen). Kedua, faktor ekternal yaitu bisa dari lingkungan, dimana bisa dari pola makan yang sehat, kebiasaan merokok, kurang olah raga dan terlalu banyak lemak serta lainnya.

“Untuk penanganannya sendiri ada dua, satu pencegahan itu sendiri yaitu dengan mengikuti kegiatan seperti ini. Kedua, pengobatan kalau itu sudah terjadi seperti dengan melakukan kemoterapi dan lainnya,” jelasnya. M13



Pelantikan

Pangdam Lantik Fadhilah Jadi Kasdam IV/Diponegoro
 
BERFOTO BERSAMA:(Kiri) Brigjen TNI Joni Supriyanto yang kini menjabat sebagai Staf Khusus Kepala Staf Angkatan Darat (Mabesad) di dampingi Pangdam IV/Diponegoro Mayjen TNI Jaswandi dan Brigjen TNI Moh Sabrar Fadhilah Kasdam IV/Diponegoro berfoto bersama di Aula Makodam IV/Diponegoro, Senin (13/3). Foto: Shodiqin
WATUGONG- Pangdam IV/Diponegoro Mayjen TNI Jaswandi melantik Brigjen TNI Moh Sabrar Fadhilah sebagai Kasdam IV/Diponegoro di Aula Makodam IV/Diponegoro Jalan Perintis Kemerdekaan Semarang, Senin (13/3).

Dalam pelantikan tersebut, Fadhilah menggantikan Brigjen TNI Joni Supriyanto yang kini menjabat sebagai Staf Khusus Kepala Staf Angkatan Darat (Mabesad).

“Selama memangku jabatan Kasdam IV/Diponegoro, beliau sangat konsisten terhadap permasalahan disiplin, kinerja satuan dan profesionalisme. Dengan kompleksitas permasalahan yang sangat tinggi. Beliau juga mampu mengabdi dengan ketulusan dan militansi yang tinggi selama menjabat,” kata Mayjen TNI Jaswandi usai pelantikan.

Kata Pangdam, mantan Kasdam tersebut merupakan salah satu komitmen penting yang mampu diaktualisasikan. Yakni komitmen untuk selalu menumbuh-kembangkan jiwa korsa. Selain itu, rasa kebersamaan dan kreativitas seluruh warga Kodam IV/Diponegoro.

Melalui pengabdian tersebut, Pangdam dengan rasa bangga dan besar hati mengucapkan “selamat jalan” kepada Jenderal beserta keluarga. Disisi lain, bahwa untuk mendapatkan kesempatan promosi jabatan bagi seorang perwira tinggi TNI.

Terdapat banyak persyaratan yang harus dipenuhi. Persyaratan tersebut bukan semata-mata dalam hal keahlian teknis militer. Akan tetapi, masalah kepemimpinan, kemampuan manajerial, kematangan intelektual, kepribadian, loyalitas dan dedikasi terhadap tugas serta keimanan.

“Kreativitas dan inovasi ini terbukti selama beliau menjabat sebagai Kasdam. Meski kami bersama-sama saat di Lemhanas dan jarang bertemu langsung di Makodam. Namun, semua kinerja selama dia menjabat dapat diatasi semuanya. Sehingga satuan ini harus mampu meningkatkan daya saing sehingga bisa dipertimbangkan di level-level Angkatan Darat (AD)," jelasnya.

Sementara itu, Kasdam Sabrar Fadhilah mengaku optimis mampu meneruskan program yang telah dicanangkan oleh Kasdam sebelumnya. "Sebagai pejabat baru Kasdam IV/Diponegoro tentu sudah siap untuk melaksanakan tugas baru ini. Melanjutkan bahkan meningkatkan hasil-hasil yang sudah dicapai oleh pejabat pendahulunya," kata Fadhilah mantan Kepala Dinas Penerangan Angkatan Darat (Kadispenad) ini. M13






Nyanyi Lagu Terlena

Judika Bikin Goyang Pengujung E-Plaza
MENGHIBUR: Judika menghibur para pengunjung dan penggemar dengan menyanyikan lagu-lagu romantis di malam perayaan puncak Anniversary 11 th E-Plaza Semarang, Sabtu, (11/3) dini hari. Foto: Shodiqin

SIMPANGLIMA- Penampilan Judika di malam perayaan puncak Anniversary 11 th Entertaiment Plaza (E-Plaza) Semarang di Panggung E Lounge begitu meriah. Sabtu, (11/3) dini hari.
Dari pantauan Wawasan, musisi dengan mengenakan setelan jaket dengan dalaman hitam berdesain simple tersebut tampak semangat menghibur Judika Holic (Nama para penggemar setianya).
“Apa Kabar Semarang?,” begitulah sapanya kepada para penggemarnya di E-Plaza setelah menyanyikan lagu pembukaan berjudul “Sampai Kau Jadi Milikku” dan “Setengah Mati Merindu”.
Lagu ketiga yang berjudul “Sampai Akhir” menambah suasana semakin romantis. Hal ini tak lepas musisi kelahiran Sumatera Utara 31 Agustus 1987 ini mengajak semua pengunjung untuk bernyanyi bersama.
Sebelum menyanyikan lagu berikutnya, Judika mengenalkan lagu barunya. “Lagu ini berjudul, Jadi Aku Sebentar Saja”. paparnya yang langsung disambut baik para penggemar.
Sedikit keluar dari genrenya, suami dari Duma Riris Silalahi itu membawakan satu tembang dangdut. “Mau tembang dangdut ?, oke kita kasih Terlena dari Ikke Nurjanah,” katanya.
Sontak dalam lagu tersebut, para pengunjung bergoyang dan bernyanyi bersama dan disambut tepuk tangan semua pengunjung yang hadir seusai menyanyikan lagu milik Ikke Nurjanah.
Tak berhenti di situ, Judika bikin baper para penggemarnya dengan tembang-tembang hits miliknya seperti Sampai Mati, Bukan Dia Tapi Aku, Mama Papa Larang dan lainnya. Tak hanya itu, Judika pun bawakan tembang-tembang nge-beat seperti Cukup Siti Nurbaya, Tiada Lagi, serta Faded.
Sementara itu, sebelum berpisah Judika memberikan lagu terakhirnya yang berjudul “Aku Yang Tersakiti” dilagu ini seakan memberikan kepuasan bagi para pengujung dan Judika Holic. M13

Melawan Hoax

Masyarakat  Didik Melek Informasi
MENYAMPAIKAN: Pimpinan Redaksi Koran Wawasan, Gunawan Permadi memaparkan materi dalam diskusi publik “Melawan Hoax di Media Sosial” di Hotel Puri Garden Jalan Arteri Semarang Blok D-4 Puri Anjasmoro Semarang, Senin, (13/3). Foto: Shodiqin

TAWANG MAS- Ada beberapa persoalan yang memicu mudahnya berita hoax (berita bohong) menyebar di kalangan masyarakat. Diantaranya, keterbatasan informasi,  tingkat popularitas informasi, ketertarikan dan confirmation bias.

Hal itu disampaikan Yanuar Lukman seoarang Dosen Komunikasi Fisip Undip saat menjadi narasumber diskusi publik “Melawan Hoax di Media Sosial” di Hotel Puri Garden Jalan Arteri Semarang Blok D-4 Puri Anjasmoro Semarang, Senin, (13/3).

Namun, Yanuar menjelaskan, keterbatasan informasi ini yang paling dominan. “Sebab, individu percaya hoax bukan karena individu tersebut mudah dibohongin. Melainkan karena keterbatasan informasi yang didapat oleh masyarakat,” katanya.

Gunawan Permadi Pimpinan Redaksi Koran Wawasan yang juga sebagai narasumber juga menjelaskan, ada beberapa ciri berita hoax. Diantaranya. Tidak mengikuti kaidah 5W 1H. Ajakan kirimkan, share, like. Bahasa terlalu berempati. Narasumber tidak jelas dan bahasa tidak baku.

Sementara itu, dari beberapa media yang ada, terdapat 92.40 persen penyebaran hoax terdapat di sosial media seperti facebook, twitter, instagram dan path. Disusul 62.80 persen terdapat di dalam aplikasi chatting seperti whatsapp, line dan telegram. 34.90 persen terdapat dalam situs Web.

“Jadi yang paling banyak ditemui berita hoax itu terdapat di media sosial,” tegasnya.

Untuk memerangi hoax itu sendiri, Gunawan mengatakan, ada beberapa cara diantaranya, good journalism. Artinya, masyarakat didik untuk mengetahui dan bisa membedakan informasi-informasi yang baik dan benar sesuai kaidah jurnalistik.

Kedua, dengan literasi media. Artinya, masyarakat dituntut mampu untuk memahami, menganalisis, dan mendekonstruksi pencitraan media. Kemampuan untuk melakukan hal ini ditujukan agar masyarakat sebagai konsumen media (termasuk anak-anak) menjadi sadar (melek) tentang cara media dikonstruksi (dibuat) dan diakses.

Selain itu, budaya baca masyarakat ditingkatkan. Artinya dengan budaya membaca ini diharapkan merespons informasi secara kritis.

“Jadi cara-cara itulah, bagi saya jalan yang terabaik untuk melawan hoax di media sosial,” tegasnya.
Sementara, Evi Sulistyorini Kabid Informasi Komunikasi Publik Jateng menambahkan, pemerintah akan melakukan penindakan hukum secara tegas dan keras terhadap para pelaku penyebaran informasi palsu.

“Kami juga membentuk cyber nasional, termasuk membentuk satgas dan kepolisian untuk memerangi hoax yang begitu marak sekarang ini,” tegas Evi.

Diskusi atas kerjasama Dewan Perwakilan Daerah (DPD) RI dengan Yayasan Adi Bakti Wartawan, ini juga hadir Anggota DPD RI Bambang Sadono. Dalam wawancaranya Bambang mengatakan, tidak perlu panik menyikapi maraknya pemberitaan hoax, seiring perkembangan teknologi di media sosial.

“Untukmeemrangi hal itu, masyarakatnya yang harus dididik bagaimana menyikapinya, bagaimana membedakan berita yang bisa dipercaya atau tidak. Sehingga, lama-lama masyarakat pintar menyeleksi,” katanya. M13




Kampung Tematik

Sudah Sejak 1970-an, Barito Terkanal Sentra Perkalengan


MEMBELI: Para pembeli sedang melihat-lihat hasil produksi para pengrajin perkalengan untuk dibeli, tepatnya di Kawasan Barito, Bugangan Semarang Timur, Minggu, (12/3). Foto: Shodiqin
Kawasan Bugangan, Jalan Barito Semarang Timur, tidak hanya terkenal sebagai sentra variasi mobil dan motor. Namun, bangunan yang letaknya berada di pinggiran Sungai Banjir Kanal Timur tersebut juga terkenal sebagai sentra perkalengan.

Berbagai macam kerajinan diproduksi dengan bahan dasar seperti seng maupun lempengan besi. Diantaranya, kompor, dangang (tempat memasak nasi), tempat sampah, ceret dan peralatan rumah tangga lainnya.

Salah satu pengrajin dan penjual, Debi Aprilia (50,) mengatakan, Kawasan Barito, Bungangan ini tidak hanya terkenal dengan sentra variasi mobil dan motor. Tetapi, daerah ini awalnya sudah terkenal sebagai sentra perkalengan.

“Sekitar tahun 1970-an tempat ini dikenal sebagai sentra perkalengan. Dulu yang paling terkenal adalah produksi kompor minyak tanah dan dandang,” kata Debi saat ditemui Wawasan, Minggu, (12/3) di lokasi.

Ia juga mengatakan, pada tahun 1980-an tempat ini sempat mengalami kejayaan. Hasil produksi kerajinan masyarakat Semarang ini banyak di pasarkan di berbagai kota-kota besar di Indonesia. Seperti Jakarta, Surabaya dan luar Jawa.

Namun, sekarang ini karena banyak produksi yang berkembang, hanya para pembeli di sekitar Kota Semarang saja yang masih menjadi langganan. Seperti Demak, Kendal, Ungaran, Ambarawa dan lainnya.

“Sementara yang kami jual juga berkembang, tidak hanya mengandalkan produksi dari besi maupun kaleng. Tetapi juga menjual dengan berbagai macam produksi dengan bahan plastik, alumunium, stainlis, govalium,” paparnya.

Sementara harga sangat bervariasi, untuk dandang mulai dari Rp 100 ribu hingga Rp 300 ribu. Kompor, mulai dari Rp 40 ribu hingga Rp 50 ribu. Wajan mulai dari Rp 25 hingga Rp 275 ribu. Tempat sampah mulai dari Rp 25 ribu hingga Rp 250 ribu dan jenis lainnya.

“Alhamdulillah setiap hari bisa mendapatkan keuntungan bersih mulai dari Rp 100 ribu hingga 150 ribu. Pas kalau ramai pembeli, terkadang juga lebih,” ungkapnya.

Mata Pencaharian Warga

Hal serupa juga diungkapkan oleh penjual lain yaitu Nurul Astutik (40) mengatakan, tempat ini dulu terkenal dengan sentra perkalengan. Namun, dengan perkembangan zaman, bahan produksi berkembang seperti menggunakan bahan dasar plastik, govalium, alumunium, stainlis dan lainnya.

“Karena bahan-bahan itu mudah dicari dan harganya relatif cukup murah,” ungkapnya.
Untuk sekarang ini kurang lebih masih ada 50 pengrajin yang masih eksis dan bertahan dan semuanya kebanyakan warga sekitar di Kelurahn Bugangan. “Jadi tempat ini merupakan tempat mata pencaharian warga sekitar,” paparnya.

Sementara, adanya rencana pembangunan Banjir Kanal Timur oleh pemerintah, para pengrajin berharap pemerintah bisa menyediakan tempat relokasi yang bagus dan layak. “Syukur-syukur tidak jauh dari Kawasan Barito, karena tempat ini dekat dengan rumah warga,” harapnya. M13


Rencana Pembangunan Induk Pelabuhan

Pelindo III Masih Terkendala Izin
FOTO BERSAMA: Para penerima bantuan berfoto bersama sesuai diberikan bantuan dalam progam penyaluran Dana Progam Bina Lingkungan oleh Pelindo III Cabang Pelabuhan Tanjung Emas Semarang, di kantor Pelindo,, Jumat, (10/3). Foto: Shodiqin
TANJUNG EMAS- Kepala KSOP Tanjung Emas Gajah Rooseno menyambut baik, rencana pembangunan Induk Pelabuhan di Pelabuhan Tanjung Emas dengan melakukan reklamasi (perluasan lahan) oleh Pelindo III Cabang Pelabuhan Tanjung Emas Semarang.
“Direncanakan reklamasi  tahap I seluas 22 hektare, akan dilakukan pada pertengahan tahun ini. Sementara, untuk tahap II, lahan yang digunakan mencapai 82 hektare. Jadi totalnya 104 hektare” kata Gajah Rooseno disela-sela kehadiran kegiatan penyaluran Dana Progam Bina Lingkungan oleh Pelindo III Cabang Pelabuhan Tanjung Emas Semarang, Jumat, (10/3).
Namun, dalam tahap I ini, Gajah Rooseno menyampaikan, ternyata ada permasalahan yang seharusnya tahun 2016 sudah terlaksana, permasalahan ini yaitu terkait proses perizinan yang belum bisa dipenuhi.
Ia menegaskan, untuk peraturan sekarang ini ada persyaratan khusus diantaranya reklamasi untuk apa? karena kalau tidak sesuai Rip (kawasan perluasan 104 H) tidak akan diizinkan.
“Jadi sampai sekarang surat masih pada kami, karena Pelindo izinnnya masih belum penuh. Kalau sudah penuh kami serahkan untuk ditindak lanjuti di Jakarta,” paparnya.
Diakuinya, memang, dulu semua orang bisa melakukan reklamasi. Namun, dulu tidak ada reklamasi untuk pembangunan induk pelabuhan. Sementara sekarang ini ada syarat yang harus sesuai Rip.
Misalkan, syarat itu pertama, berupa PT atau apa?. “Termasuk di dalamnya ada nilai investasi berapa jumlahnya atau berapa miliyar,” jelasnya.
Kedua, rekomendasi dari KSOP sendiri yang didalamnya apakah menganggu keselamatan atau tidak. Ketiga, titik koordinasi yang akan direklamasi memenuhi syarat atau tidak.
“Intinya kami mendukung rencana pembanguna Induk Pelabuhan di Tanjung Emas, karenaini bisa menjadi pintu gerbangnya terminal logistik khususnya di Jawa Tengah,” harapnya.
Salurkan Bantuan
Sementara itu, Puspasari selaku Manager Keuangan mewakili Direksi Pelindo III menyampaikan, Pelindo III Cabang Tanjung Emas Semarang  melakukan Penyaluran Dana Program BinaLingkungan di Wilayah Jawa Tengah sebanyak 25 obyek.
“Total dana yang digelontorkan sebesar Rp 552.015.500 dengan rincian Bantuan Sarana Ibadah sejumlah 15 obyek. SebanyakRp 300.299.000, untuk Bantuan Pendidikan kepada 8 obyek. Sebesar Rp 117.716.500 untuk  Bantuan Sarana dan Prasarana lainnya. Sebesar Rp 134.000.000, kepada 2 obyek,” tutupnya. M13


Kodam IV/Diponegoro

Kasdam Resmikan Menara Serbaguna

PANJAT TEBING : Para prajurit sedang mengikuti Kejurnas Panjat Tebing Banteng Raider Cup 2017, tepatnya di Menara Serbaguna, Yonif Raider 400/BR Jalan Setiabudi I Srondol Semarang, Kamis, (9/3). Foto : Ist  

BANYUMANIK- Guna meningkatkan dan menyalurkan kemampuan hoby panjat tebing para prajurit, Yonif Raider 400/Benteng Raider membangun Menara Serbaguna.

Menara yang berlokasi di Makoyonif Raider 400/BR Jalan Setiabudi I Srondol Semarang tersebut diresmikan Kasdam IV/Diponegoro Brigjen TNI Joni Supriyanto dan dihadiri para pejabat jajaran Kodam IV/Diponegoro, Kamis, (9/3).

Dalam sambutannya, Brigjen TNI Joni Supriyanto mengatakan, konsekuensi dari tersedianya fasilitas ini, setiap prajurit atau atlet dituntut untuk mampu memanfaatkan sarana ini sebaik mungkin. “Saya berharap para  prajurit atau atlet benar-benar memiliki kemampuan panjat tebing yang dapat diandalkan,” katanya melalui rilisnya kepada Wawasan, Jumat, (10/3).
Dirinya juga menyambut baik dibangunnya Menara Serbaguna, sehingga ini dapat memberikan antusias setiap upaya penyelenggaraan latihan panjat tebing secara kontinyu dan terprogram.
Menurutnya, hal itu tidak hanya akan mendukung kelancaran tugas pokok TNI tetapi juga akan tumbuh kepercayaan, kecintaan yang kelak  mampu mengangkat citra dan nama baik TNI khususnya Kodam IV/Diponegoro di mata masyarakat luas.
“Saya yakin bahwa hanya dengan penguasaan terhadap semua bidang teknis keprajuritan yang memungkinkan TNI dapat dipercaya oleh bangsa dan rakyat Indonesia untuk menjaga kedaulatan dan keutuhan bangsa ini,” tegasnya.

Kejuaraan
Di sela peresmian Menara Serbaguna, Yonif Raider 400/BR juga diselenggarakan Kejurnas Panjat Tebing Banteng Raider Cup 2017, yang diikuti 91 peserta terdiri dari 46 militer dan 45 sipil.“Kejuaraan akan berlangsung sampai dengan hari Minggu (12/3), jelasnya.
Kasdam berpesan kepada para peserta baik dari TNI, FPTI, maupun dari instansi umum bahwa dalam mengikuti kejuaraan ini senantiasa mengedepankan profesionalitas dan menjunjung tinggi semangat sportivitas.
“Harapan saya Kejurnas Panjat Tebing ini dapat melahirkan atlet panjat tebing yang berkualitas yang dapat dibanggakan serta mampu tampil pada even nasional maupun internasional,” harpnya. M13

Penertipan

Belasan Orang Diduga PGOT Diamankan Satpol PP

DIAMANKAN : Petugas Satpol PP Kota Semarang tengah mengamankan salah satu orang diduga PGOT tepatnya di Kawasan Bubagan Semarang, Selasa, (7/3). Foto : Shodiqin

BUBAKAN- Sedikitnya 16 orang diduga Pengemis, Gelandangan dan Orang Terlantar (PGOT) dan pengemen berhasil dirazia oleh petugas Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP) Kota Semarang, Selasa, (7/3) siang.

Penertiban dengan menerjunkan sekitar puluhan petugas ini dilakukan di Kawasan Segitiga Emas diantaranya di Kawasan Tembalang, Tlogosari dan Jrakah.

Kasi Bidang Trantibmas Satpol PP Kota Semarang Sudibyo mengatakan, dalam penertiban kali ini, dilakukan oleh tim macan Satpol PP. Saat penertiban petugas melakukan menyamar sebagai orang biasa. Mereka tidak mengenakan pakaian dinas melainkan memakai pakaian bebas agar tidak diketahui oleh PGOT, pengamen maupun pedagang asongan.

Sementara dalam penyamaran, petugas menyisir sasaran yang sudah terindikasi anggota dengan jalan kaki dan disusul armada kendaraan truk sebagai penumpang.

“Alhasil sedikitnya sedikitnya 16 orang diduga PGOT berhasil kami amankan,” tegas Marthen kepada Wawasan, Selasa, (7/3).

Menurutnya, penyamaran petugas ini lantaran baik pengemis, pedagang asongan maupun pengamen dan lainnya bandel. Mereka sering mengajak kucing-kucingan antar petugas ketika setiap kali melihat ada penertiban. “Langkah inilah yang kami lakukan agar semua sasaran dalam penertiban bisa terjaring semua,” tambahnya.

Sementara itu, Kabid Tibuntranmas Satpol PP Kota Semarang, Marthen Dacosta menambahkan, pola strategi  inilah yang rencananya akan terus dilakukan di seluruh Kota Semarang guna menertibkan PGOT maupun pengamen dan pedagang asongan. “Hal ini karena kami sering kecolongan ketika melakukan penertiban,” tegasnya.

Dalam penertiban kali ini, sedikitnya 16 orang melanggar Perda Nomor 5 tahun 2014 tentang penanganan PGOT. Sementara, mereka yang berhasil diamankan petugas langsung dibawa ke Panti Sosial Amongjiwo Kelurahan Bringin Ngaliyan Semarang untuk mendapatkan perawatan lebih lanjut. M13


Pasar Waru Semarang

Ngatinem (82), Terus Berjualan Meski Sering Terjadi Musibah

BERJUALAN: Para pedagang di relokasi Pasar Waru tengah menunggu pelanggan, tepatnya di relokasi Pasar Waru Semarang di Jalan Sawah Besar, Senin, (6/3). Foto: Shodiqin
Meski tak seramai dulu sebelum terjadi kebakaran di Pasar Waru Kelurahan Sawah Besar Semarang, Ngatinem (82, tak pernah menggeluh ketika berjualan. Pasalnya, ibu yang sudah puluhan tahun berjualan buah-buahan tersebut, terus bersemangat mencari pembeli meski cobaan selalu menghampiri.
Sama seperti halnya yang dialami semua pedagang yang sekarang ditempatkan di relokasi sepanjang Jalan Sawah Besar pasca terjadi kebakaran. Menurut Ngatinem, selain tempatnya kurang luas, banjir juga sering terjadi khususnya akhir-akhir ini ketika Sungai Banjir Timur (BKT) meluap airnya.
“Jadi dampaknya tidak hanya rumah warga yang terkena banjir, tetapi semua lapak pedagang juga terkena dampak meluapnya air sungai BKT,” ujar Ngatinem saat ditemui Wawasan, di lokasi, (6/3).
Ia menambahkan, dalam dua minggu terakhir ini, sudah dua kali lapak relokasi Pasar Waru terkena banjir. Bahkan air mencapai setengah meter dan masuk ke dalam relokasi pasar. Sementara air bisa surut dua hari sampai tiga hari pasca banjir.
“Dari dampak ini, pembeli semakin sepi dan berpengaruh pada pemasukan semua pedagang ketika berjualan,” tambahnya.
Harus Sabar
Hal itu juga dialami oleh, Sulastri (50), yang setiap harinya berjualan sayur-sayuran. Ia mengatakan,menjadi pedagang Pasar Waru ini harus sabar karena banyak cobaan yang selalu menghampiri.
Menurutnya, ketika pasar terjadi banjir semua pedagang pada pindah ke tanggul jalan raya yang lokasinya lebih tinggi untuk dijadikan tempat berjualan. “Kalau tidak bisa berjualan kami tidak ada pemasukan, meskipun terkadang membuat kemacetan lalu lintas,” tambahnya.
Ia berharap untuk pemerintah daerah maupun Kota Semarang segera memperbaiki tanggung Sungai BKT. Agar kalau hujan deras tidak terjadi banjir yang mengakibatkan pedagang tidak bisa berjualan.
“Jadi semua pedagang berharap sungai tanggul diperbaiki, agar pedagang bisa tenang ketika berjualan di setiap harinya,” harapnya.
Sementara itu, Bidang Sosial Paguyuban Pasar Waru, Masroah membenarkan ketika meluapnya air di Sungai BKT, kondisi pasar mengalami kebanjiran dan terlihat tampak kumuh karena banyak lumpur yang masuk.
“Jadi kalau pas banjir semua pedagang yang terdapat kurang lebih 300 pedagang terpaksa membersihkan sisa-sisa lumpur sendiri sebelum mereka berjualan. Begitulah kondisi Pasar Waru dimusim hujan ini,” paparnya. Shodiqin



Jumat, 03 Maret 2017

Sosialisasi Siswa

Teknologi Pengaruhi Perilaku Warga

MENDENGARKAN : Ratusan siswa mengikuti kegiatan “Sosialisasi Undang-undang ITE dan Sekilas Pandang tentang HIV/AIDS” di Balai Diponegoro Jalan Perintis Kemerdekaan Semarang, Selasa, (28/2). Foto : Shodiqin 
WATUGONG- Perkembangan ilmu pengetahun dan teknologi khususnya di bidang Elektronik dan Komunikasi yang semakin pesat telah membawa perubahan di tengah masyarakat dan mempengaruhi perilaku masyarakat, baik yang bersifat positif maupun negatif.

Hal itu yang disampaikan oleh Wakil Ketua Persit Kartika Chandra Kirana PD IV/Diponegoro Ny. Wiwik Joni Supriyanto saat membuka acara “Sosialisasi Undang-undang ITE dan Sekilas Pandang tentang HIV/AIDS” di Balai Diponegoro Jalan Perintis Kemerdekaan Semarang, Selasa, (28/2).

Melalui sambutan tertulis, Ketua Persit Kartika Chandra Kirana PD IV/Diponegoro Ny Munik Jaswandi, Wiwik menyampaikan, kegiatan tersebut merupkan rangkaian  peringatan HUT ke 71 Persit Kartika Candra Kirana tahun 2017.

Tujuanya, meningkatkan pengetahuan dan kualitas anak didik sebagai generasi muda yang berkarakter. Hadir sebagai peserta adalah siswa SMP Kartika III-1, SMP Kartika III-2 dan SMA Kartika III-1, Yayasan Kartika Jaya Cabang III Diponegoro. “Semua siswa yang hadir adalah siswa dari binaan kami,” tambahnya.

Nana Storada, salah satu narasumber menyampaikan, adanya teknologi dan informasi khususnya transaksi elektronik menjadikan perubahan peradaban baru dalam kehidupan masyarakat pada bidang sosial, ekonomi dan budaya secara signifikan.

Maka dari itu, mengharuskan dibentuknya pengaturan mengenai pengelolaan ITE di tingkat Nasional. Tujuanya untuk mencegah seseoarang tidak melakukan kejahatan berbasis teknologi, menjamin kepastian hukum bagi masyarakat, melindungi masyarakat pengguna jasa teknologi informasi. Terlebih akhir-akhir ini banyak terjadi pelanggaran ITE di antaranya pelanggaran hak cipta, pornografi, craker, phising, cyber crime dan hacker.

“Diharapkan masyarakat lebih bijak dan cerdas dalam menggunakan teknologi informasi sehingga tidak terjebak dalam pelanggaran ITE. Selain itu,  pembangunan teknologi Informasi dapat dilakukan secara optimal, merata, dan menyebar ke seluruh lapisan masyarakat guna mencerdaskan kehidupan bangsa,” harapnya.

Sementara itu, Dr Zulfachmi Wahab yang merupakan Tim HIV HIV/AIDS RSUD Tugurejo yang menjelaskan seiring dengan perkembangan teknologi ini, perlu adanya upaya kewaspadaan dalam menyikapinya.

“Dalam bidang kesehatan juga seharusnya menjadi perhatian kita untuk mewaspadai munculnya adanya penyakit HIV/AIDS yang sudah sekian lama semakin meningkat kasus ODHA (Orang Dengan HIV/AIDS),” paparnya. M13


Rahim Bangsa


Ruang Diskusi Para Guru Besar di Jawa Tengah

DISKUSI: (Tengah) Rektor UIN Walisongo Prof Dr Muhibbin sedang memimpin kegiatan diskusi bersama para guru besar di UIN Walisongo yang dinamakan Rahim Bangsa di Kampus I, baru-baru ini. Foto: Shodiqin
NGALIYAN- Maraknya prasangka, kebencian, fitnah, intoleransi, dan kekerasan berdampak terhadap ancaman kebinekaan dan demokrasi. Padahal, semangat hidup bersama di atas perbedaan dan semangat kebangsaan telah  dijadikan landasan oleh para pendiri bangsa ini dalam membangun Indonesia yang penuh tantangan.

Terlebih, menguatnya politik identitas yang mengedepankan kepentingan kelompok dan golongan, serta minimnya ruang-ruang perjumpaan. Sehingga menculnya kelompok-kelompok yang saling menghujat, yang pada gilirannya mengakibatkan ikatan persaudaraan dan solidaritas anak bangsa terancam.

Dari alasan itulah, para dosen dan guru besar UIN Walisongo berinisiatif menggelar sebuah forum diskusi akbar yang  nantinya akan dihadiri oleh para Guru Besar dan akademisi dari universitas-universitas di Jawa Tengah.

Pembantu Rektor III UIN Walisongo, Prof. Dr Suparman, M.Ag mengatakan, forum ini diberi nama 'Rahim Bangsa' yang rencananya akan diadakan pada tanggal 15 Maret 2017 mendatang di Wisma Perdamaian Semarang, bertempat di Aula 1 Kampus 1 UIN Walisongo Semarang,

“Kegiatan ini akan dihadiri seluruh Guru Besar di Jawa Tengah dan akademisi di lingkungan UIN Walisongo dan menjadi ajang curah pendapat dalam konteks menjaga kesatuan bangsa di tengah keragaman bangsa Indonesia,” katanya kepada Wawasan, Jumat, (3/3).

Sementara itu, guru besar Filsafat Islam UIN Walisongo Prof. Dr. Yusuf Suyono, M.A. berharap konsep dan ide yang disampaikan dalam forum dapat menjadi gerakan atau tidak hanya berhenti pada wacana. Misalnya direalisasikan dengan forum yang mempertemukan kelompok agama yang radikal dan liberal untuk berdiskusi.

“Jika bisa terwujud, itu hal yang luar biasa. Jika belum, nantinya diskusi ini hanya sebatas wacana,” katanya.

Sebab menurut Yusuf, konflik yang mengatasnamakan agama terjadi antara kelompok agama yang radikalis dan liberalis. “Keduanya perlu ditanamkan pemahaman tentang Unity of Sciences,” jelasnya.

Rektor UIN Walisongo, Prof. Dr. Muhibbin, M.Ag. berpesan, forum 'Rahim Bangsa' yang bersifat internal itu sebagai awal dari forum-forum kebangsaan selanjutnya, yang rencananya akan diikuti seluruh Perguruan Tinggi di Jawa Tengah.

“Akan tetapi sebelum itu, masih banyak keragaman konsepsi yang perlu didiskusikan lebih lanjut tentang cara menghadapi dan memperkuat jati diri sebagai seorang muslim yang moderat,” jelasnya.

Forum hari itu ditutup dengan penandatangan petisi “Jadikan Perguruan Tinggi sebagai Pusat Pembelajaran Kebangsaan” oleh Rektor UIN Walisongo, Prof. Dr. Muhibbin, M.Ag dilanjutkan oleh para guru besar dan akademisi. Petisi akan disebarluaskan melalui berbagai media untuk mendapat dukungan dari berbagai pihak. M13