Ngatinem (82), Terus Berjualan Meski Sering
Terjadi Musibah
BERJUALAN: Para pedagang di relokasi Pasar Waru tengah menunggu pelanggan, tepatnya di relokasi Pasar Waru Semarang di Jalan Sawah Besar, Senin, (6/3). Foto: Shodiqin |
Meski tak seramai dulu sebelum terjadi
kebakaran di Pasar Waru Kelurahan Sawah Besar Semarang, Ngatinem (82, tak
pernah menggeluh ketika berjualan. Pasalnya, ibu yang sudah puluhan tahun
berjualan buah-buahan tersebut, terus bersemangat mencari pembeli meski cobaan
selalu menghampiri.
Sama seperti halnya yang dialami semua
pedagang yang sekarang ditempatkan di relokasi sepanjang Jalan Sawah Besar
pasca terjadi kebakaran. Menurut Ngatinem, selain tempatnya kurang luas, banjir
juga sering terjadi khususnya akhir-akhir ini ketika Sungai Banjir Timur (BKT)
meluap airnya.
“Jadi dampaknya tidak hanya rumah
warga yang terkena banjir, tetapi semua lapak pedagang juga terkena dampak
meluapnya air sungai BKT,” ujar Ngatinem saat ditemui Wawasan, di
lokasi, (6/3).
Ia menambahkan, dalam dua minggu
terakhir ini, sudah dua kali lapak relokasi Pasar Waru terkena banjir. Bahkan
air mencapai setengah meter dan masuk ke dalam relokasi pasar. Sementara air
bisa surut dua hari sampai tiga hari pasca banjir.
“Dari dampak ini, pembeli semakin sepi
dan berpengaruh pada pemasukan semua pedagang ketika berjualan,” tambahnya.
Harus Sabar
Hal itu juga dialami oleh, Sulastri
(50), yang setiap harinya berjualan sayur-sayuran. Ia mengatakan,menjadi
pedagang Pasar Waru ini harus sabar karena banyak cobaan yang selalu
menghampiri.
Menurutnya, ketika pasar terjadi banjir
semua pedagang pada pindah ke tanggul jalan raya yang lokasinya lebih tinggi
untuk dijadikan tempat berjualan. “Kalau tidak bisa berjualan kami tidak ada
pemasukan, meskipun terkadang membuat kemacetan lalu lintas,” tambahnya.
Ia berharap untuk pemerintah daerah
maupun Kota Semarang segera memperbaiki tanggung Sungai BKT. Agar kalau hujan
deras tidak terjadi banjir yang mengakibatkan pedagang tidak bisa berjualan.
“Jadi semua pedagang berharap sungai
tanggul diperbaiki, agar pedagang bisa tenang ketika berjualan di setiap
harinya,” harapnya.
Sementara itu, Bidang Sosial Paguyuban
Pasar Waru, Masroah membenarkan ketika meluapnya air di Sungai BKT, kondisi
pasar mengalami kebanjiran dan terlihat tampak kumuh karena banyak lumpur yang
masuk.
“Jadi kalau pas banjir semua pedagang
yang terdapat kurang lebih 300 pedagang terpaksa membersihkan sisa-sisa lumpur
sendiri sebelum mereka berjualan. Begitulah kondisi Pasar Waru dimusim hujan
ini,” paparnya. Shodiqin
Tidak ada komentar:
Posting Komentar