Rabu, 15 Februari 2017

Antar Jemput Sekolah

Sudah 26 Tahun Dipercaya Masyarakat dengan Becaknya

ANTAR JEMPUT: Paimin (66), sedang mengantar anak-anak SD berangkat sekolah dengan jarak sekitar satu kilometer saat ia melintas di Jalan Hanoman Semarang, Senin, (5/12). Foto: Shodiqin
Meski usianya lebih dari separuh abad, laki-laki bernama lengkap Paimin (66), dalam hidupnya tidak pernah mengeluh sebagai tukang becak khusus antar jemput sekolah anak-anak SD dan TK yang dijalaninya kurang lebih sudah 26 tahun.
Laki-laki yang beralamat di Perkampungan Jembawan Kelurahan Kalibantengkulon Kecamatan Semarang Barat ini, mengaku  tidak pernah merasa letih untuk mengayuh becaknya mengantar anak-anak berangkat dan pulang sekolah.
Tidak hanya satu kloter , namun ia lakukan dua kloter dengan jarak kurang lebih satu kilometer mulai dari Perkampungan Jembawan menuju ke SD Negeri Krayak dan TK Krapyak Semarang.
“Sudah sekitar 26 tahun saya melakukan pekerjaan ini sebagai tukang antar jeut sekolah dengan menggunakan becak,” kata Paimin saat ditemui Rumah_Ody, Senin (5/12) seusai mengantar sekolah.
Laki-laki yang sudah memiliki empat anak dan 10 cucu ini mengatakan, sebelum dipercaya oleh warganya untuk mengantar putra-putrinya ke sekolah, awalnya ia hanya mengantar cucunya sekolah dengan mengunakan becak.
“Namun, lama kelamaan banyak warga yang meminta tolong sekalian untuk mengantar anaknya ikut dengan cucunya berangkat dan pulang sekolah,” katanya.
Ia mengatakan, untuk antar jemput pulang sekolah dilakukan dua kloter, untuk kloter pertama masuk pukul 07.00 WIB berangkat pukul 06.30 WIB dan kloter kedua masuk pukul 10.00 WIB berangkat pukul 09.00 WIB dan pulang pukul 13.00 WIB
“Karena di sekolah SD Negeri Krapyak ini diberlakukan dua kali masuk, sehingga yang masuk kloter kedua pukul 10.00 WIB saya jemput  pulang sekolah pukul 13.00 WIB. Dan ini saya lakukan setiap harinya,” papar Paimin.
Paimin menambahkan, pekerjaan antar jemput anak-anak sekolah sekarang ini kurang lebih 12 anak, karena untuk satu kali pemberangkatan becak dimuat maksimal enam anak.
“Tapi kalau pas pulang sekolah, ada teman-temanya tidak dijemput orang tuanya kadang juga ikut, sehingga becak terkadang dimuatin sampai delapan orang,” jelasnya.
Seikhlasnya
Paimin yang memiliki becak berumur 32 tahun ini, tidak pernah memasang tarif kepada warga yang diminta putra-putrinya untuk antar jemput sekolah. Bahkan banyak warga lain juga meminta jasanya untuk mengantar jemput sekolah.
 “Namun, karena waktu dan tenaga juga kurang saya menolak dan fokus sebagai antar jemput sekolah tetanggga saja,” katanya.
Ia mengatakan, dengan antar jemput sekolah ini kalau akhir bulan biasanya warga memberi uang jasa berbeda-beda karena tidak pernah pasang tarif. Ada yang memberi Rp 50 ribu, Rp 60 ribu bahkan ada juga yang member Rp 100 ribu.
“Meski pemberian warga berbeda-beda, Saya tidak pernah membandingkan, yang penting disyukuri,” tambahnya.
Muslimin salah satu warga mengatakan, selain Paimin yang dipercaya oleh warga untuk antar jemput sekolah di SD N Krapyak ini, ada juga Selamet (50), yang juga sebagai antar jemput sekolah.
“Jadi di SD Krpyak ini ada dua orang yang nganter pulang sekolah anak-anak,” katanya.
Menurutnya, dengan adanya antar jemput sekolah pakai becak ini, sangat membantu warga khususnya orang tua yang sibuk dengan pekerjaannya. “Di samping itu, banyak anak-anak yang suka diantar jemput sekolah pakai becak ketimbang menggunakan mobil,” jelasnya. Shodiqin.




Tidak ada komentar:

Posting Komentar